FREKUENSI
Frekuensi adalah susunan
data angka menurut besarnya (kuantitas) atau menurut kategorinya (kualitas).
Kata “frekuensi” yang dalam bahasa Inggrisnya adalah frequency berarti:
“kekerapan”, “keseimbangan”, “keseringan”, atau “jarang-kerap”. Dalam
statistik, “frekuensi” mengandung pengertian : Angka (bilangan) yang
menunjukkan seberapa kali suatu variabel (yang dilambangkan dengan angka-angka
itu) berulang dalam deretan angka tersebut; atau berapa kalikah suatu variabel
(yang dilambangkan dengan angka itu) muncul dalam deretan angka tersebut.
Bisa juga di sebut
sebagai ukuran jumlah
putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang
diberikan. Untuk memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan jarak waktu,
menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang
jarak waktu. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz (Hz)
yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang
menemukan fenomena ini pertama kali. Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan
peristiwa yang terjadi satu kali per detik.
Range adalah selisih
antara nilai tertinggi dan terendah. Batas kelas adalah nilai yang digunakan
untuk memisahkan antar kelas tapi tanpa adanya jarak antara batas atas kelas
dengan batas bawah berikutnya.
A. Frekwensi
kumulatif
Distribusi frekwensi
yang setiap kelompoknya dinyatakan dengan nilai kumulatif .
Frekwensi kumulatif dapat dinyatakan dalam 4 model .
-
Kurang dari batas bawah kelompok (‹)
-
Sama atau lebih besar dari batas atas
kelompok ( ≥)
-
Kurang atau sama dengan batas atas
kelompok (≤)
-
Lebih besar dari batas atas
kelompok (>)
B. Distribusi Frekuensi
Hasil pengukuran yang
kita peroleh disebut dengan data mentah. Besarnya hasil pengukuran yang kita
peroleh biasanya bervariasi. Apabila kita perhatikan data mentah tersebut,
sangatlah sulit bagi kita untuk menarik kesimpulan yang berarti. Untuk
memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut, data mentah tersebut
perlu di olah terlebih dahulu.
Pada saat kita
dihadapkan pada sekumpulan data yang banyak, seringkali membantu untuk mengatur
dan merangkum data tersebut dengan membuat tabel yang berisi daftar nilai data
yang mungkin berbeda (baik secara individu atau berdasarkan pengelompokkan)
bersama dengan frekuensi yang sesuai, yang mewakili berapa kali nilai-nilai
tersebut terjadi. Daftar sebaran nilai data tersebut dinamakan dengan Daftar
Frekuensi atau Sebaran Frekuensi (Distribusi Frekuensi).
Dengan demikian, distribusi
frekuensi adalah daftar nilai data (bisa nilai individual atau nilai data
yang sudah dikelompokkan ke dalam selang interval tertentu) yang disertai
dengan nilai frekuensi yang sesuai. Pengelompokkan data ke dalam beberapa kelas
dimaksudkan agar ciri-ciri penting data tersebut dapat segera terlihat. Daftar
frekuensi ini akan memberikan gambaran yang khas tentang bagaimana keragaman
data. Sifat keragaman data sangat penting untuk diketahui, karena dalam
pengujian-pengujian statistik selanjutnya kita harus selalu memperhatikan sifat
dari keragaman data. Tanpa memperhatikan sifat keragaman data, penarikan suatu
kesimpulan pada umumnya tidaklah sah.
Sebagai contoh,
perhatikan contoh data pada Tabel 1. Tabel tersebut adalah daftar nilai ujian
Matakuliah Statistik dari 80 Mahasiswa (Sudjana, 19xx).
Tabel 1. Daftar Nilai Ujian Mata kuliah Statistik
79
|
49
|
48
|
74
|
81
|
98
|
87
|
80
|
80
|
84
|
90
|
70
|
91
|
93
|
82
|
78
|
70
|
71
|
92
|
38
|
56
|
81
|
74
|
73
|
68
|
72
|
85
|
51
|
65
|
93
|
83
|
86
|
90
|
35
|
83
|
73
|
74
|
43
|
86
|
88
|
92
|
93
|
76
|
71
|
90
|
72
|
67
|
75
|
80
|
91
|
61
|
72
|
97
|
91
|
88
|
81
|
70
|
74
|
99
|
95
|
80
|
59
|
71
|
77
|
63
|
60
|
83
|
82
|
60
|
67
|
89
|
63
|
76
|
63
|
88
|
70
|
66
|
88
|
79
|
75
|
Sangatlah sulit untuk menarik suatu kesimpulan dari
daftar data tersebut. Secara sepintas, kita belum bisa menentukan berapa nilai
ujian terkecil atau terbesar. Demikian pula, kita belum bisa mengetahui dengan
tepat, berapa nilai ujian yang paling banyak atau berapa banyak mahasiswa yang
mendapatkan nilai tertentu. Dengan demikian, kita harus mengolah data tersebut
terlebih dulu agar dapat memberikan gambaran atau keterangan yang lebih baik.
Bandingkan dengan tabel yang sudah disusun dalam
bentuk daftar frekuensi (Tabel 2a dan Tabel 2b). Tabel 2amerupakan daftar
frekuensi dari data tunggal dan Tabel 2b merupakan daftar frekuensi
yang disusun dari data yang sudah di kelompokkan pada kelas yang sesuai dengan
selangnya. Kita bisa memperoleh beberapa informasi atau karakteristik dari data
nilai ujian mahasiswa.
Tabel 2a.
No
|
Nilai
Ujian
|
Frekuensi
|
xi
|
fi
|
|
1
|
35
|
1
|
2
|
36
|
0
|
3
|
37
|
0
|
4
|
38
|
1
|
:
|
:
|
:
|
16
|
70
|
4
|
17
|
71
|
3
|
:
|
:
|
1
|
42
|
98
|
1
|
43
|
99
|
1
|
Total
|
8
|
Pada Tabel 2a, kita bisa mengetahui bahwa ada 80
mahasiswa yang mengikuti ujian, nilai ujian terkecil adalah 35 dan tertinggi
adalah 99. Nilai 70 merupakan nilai yang paling banyak diperoleh oleh
mahasiswa, yaitu ada 4 orang, atau kita juga bisa mengatakan ada 4 mahasiswa
yang memperoleh nilai 70, tidak ada satu pun mahasiswa yang mendapatkan nilai
36, atau hanya satu orang mahasiswa yang mendapatkan nilai 35.
Tabel 2b.
Kelas
ke-
|
Nilai
Ujian
|
Frekuensi
fi
|
1
|
31
– 40
|
2
|
2
|
41
– 50
|
3
|
3
|
51
– 60
|
5
|
4
|
61
– 70
|
13
|
5
|
71
– 80
|
24
|
6
|
81
– 90
|
21
|
7
|
91
– 100
|
12
|
Jumlah
|
80
|
Tabel 2b merupakan daftar frekuensi dari data yang
sudah dikelompokkan. Daftar ini merupakan daftar frekuensi yang sering
digunakan. Kita sering kali mengelompokkan data contoh ke dalam selang-selang
tertentu agar memperoleh gambaran yang lebih baik mengenai karakteristik dari
data. Dari daftar tersebut, kita bisa mengetahui bahwa mahasiswa yang mengikuti
ujian ada 80, selang kelas nilai yang paling banyak diperoleh oleh mahasiswa
adalah sekitar 71 sampai 80, yaitu ada 24 orang, dan seterusnya. Hanya saja
perlu diingat bahwa dengan cara ini kita bisa kehilangan identitas dari data
aslinya. Sebagai contoh, kita bisa mengetahui bahwa ada 2 orang yang
mendapatkan nilai antara 31 sampai 40. Meskipun demikian, kita tidak akan tahu
dengan persis, berapa nilai sebenarnya dari 2 orang mahasiswa tersebut, apakah
31 apakah 32 atau 36 dst.
Ada beberapa istilah yang harus dipahami terlebih
dahulu dalam menyusun daftar frekuensi.
Tabel 3.
Kelas
ke-
|
Selang
Nilai Ujian |
Batas
Kelas
|
Nilai
Kelas
(xi) |
Frekuensi
(fi) |
1
|
31
– 40
|
30.5
– 40.5
|
35.5
|
2
|
2
|
41
– 50
|
40.5
– 50.5
|
45.5
|
3
|
3
|
51
– 60
|
50.5
– 60.5
|
55.5
|
5
|
4
|
61
– 70
|
60.5
– 70.5
|
65.5
|
13
|
5
|
71
– 80
|
70.5
– 80.5
|
75.5
|
24
|
6
|
81
– 90
|
80.5
– 90.5
|
85.5
|
21
|
7
|
91
– 100
|
90.5
– 100.5
|
95.5
|
12
|
Jumlah
|
80
|
Range : Selisih antara nilai tertinggi dan terendah.
Pada contoh ujian di atas, Range = 99 – 35 = 64
Batas bawah kelas: Nilai terkecil yang berada pada
setiap kelas. (Contoh: Pada Tabel 3 di atas, batas bawah kelasnya adalah 31,
41, 51, 61, …, 91)
Batas atas kelas: Nilai terbesar yang berada pada setiap
kelas. (Contoh: Pada Tabel 3 di atas, batas bawah kelasnya adalah 40, 50, 60,
…, 100)
Batas kelas (Class boundary): Nilai yang digunakan
untuk memisahkan antar kelas, tapi tanpa adanya jarak antara batas atas kelas
dengan batas bawah kelas berikutnya. Contoh: Pada kelas ke-1, batas kelas
terkecilnya yaitu 30.5 dan terbesar 40.5. Pada kelas ke-2, batas kelasnya yaitu
40.5 dan 50.5. Nilai pada batas atas kelas ke-1 (40.5) sama dengan dan
merupakan nilai batas bawah bagi kelas ke-2 (40.5). Batas kelas selalu
dinyatakan dengan jumlah digit satu desimal lebih banyak daripada data
pengamatan asalnya. Hal ini dilakukan untuk menjamin tidak ada nilai pengamatan
yang jatuh tepat pada batas kelasnya, sehingga menghindarkan keraguan pada
kelas mana data tersebut harus ditempatkan. Contoh: bila batas kelas di buat
seperti ini:
Kelas ke-1 : 30 – 40
Kelas ke-2 : 40 – 50
Apabila ada nilai ujian dengan angka 40, apakah
harus ditempatkan pada kelas-1 ataukah kelas ke-2?
Panjang/lebar kelas (selang kelas): Selisih antara
dua nilai batas bawah kelas yang berurutan atau selisih antara dua nilai batas
atas kelas yang berurutan atau selisih antara nilai terbesar dan terkecil batas
kelas bagi kelas yang bersangkutan. Biasanya lebar kelas tersebut memiliki
lebar yang sama.
Contoh:
lebar kelas = 41 – 31 = 10 (selisih antara 2 batas
bawah kelas yang berurutan) atau
lebar kelas = 50 – 40 = 10 (selisih antara 2 batas
atas kelas yang berurutan) atau
lebar kelas = 40.5 – 30.5 = 10. (selisih antara
nilai terbesar dan terkecil batas kelas pada kelas ke-1)
Nilai tengah kelas: Nilai kelas merupakan nilai
tengah dari kelas yang bersangkutan yang diperoleh dengan formula
berikut: ½ (batas atas kelas+batas bawah kelas). Nilai ini yang dijadikan
pewakil dari selang kelas tertentu untuk perhitungan analisis statistik
selanjutnya. Contoh: Nilai kelas ke-1 adalah ½(31+40) = 35.5
Banyak kelas: Pada tabel ada 7 kelas.
Frekuensi kelas: Banyaknya kejadian (nilai) yang
muncul pada selang kelas tertentu. Contoh, pada kelas ke-1, frekuensinya = 2.
Nilai frekuensi = 2 karena pada selang antara 30.5 – 40.5, hanya ada 2 angka
yang muncul, yaitu nilai ujian 31 dan 38.
Kelompok III : - ADITYA KUSUMA HARDIANTO
- INDAH CAHYANI PUTRI
- KAMAYULISA
- NURUL FADLA
- TRI SUHARTI
- YUNI LESTARI
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- INDAH CAHYANI PUTRI
- KAMAYULISA
- NURUL FADLA
- TRI SUHARTI
- YUNI LESTARI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar